KISAH PETUALANGAN PARA PENGAWAL SAPI
Sesudah subuh di tepi dermaga pelabuhan pelayaran
rakyat Kalianget beberapa remaja duduk mencakung dengan kaki berjuntai asyik
memandang kesibukan para nelayan melakukan bongkar muat hasil tangkapan.
Mereka baru saja pulang dari sebuah masjid
kecil di sekitar pelabuhan untuk melakukan salat subuh berjamaah. Tadi malam
mereka menginap di rumah oom Liem. Beliau adalah paman Acong dan Yoko dua
bersaudara anggota rombongan yang sebenarnya memiliki nama Liem siau book dan
liem siau ceng. Namun panggilan akrab mereka di sesuaikan dengan nama tokoh di
televisi yang akrab di mata anak anak.
Sudah tiga hari ini mereka berda di madura
setelah sebelumnya gagal melakukan pendakian gunung semeru. Tujuan mereka ke
jawa timur sebetulnya untuk melakukan pendakian gunung semeru dan bromo.
Rencananya mereka akan naik ke semeru melalui rute barat daya dari sampit
malang. Setelah berhasil mereka akan melanjutkan ke bromo dan turun melalui
ngadisari kabupaten probolinggo.Namun ketika sampai di malang mereka mendapat
informasi bahwa kadua gunung tersebut berbahaya sehingga pemerintah melarang
segala aktifitas pendakian.
Untuk mengobati rasa kecewa mereka melancong
ke pantai ngliyep,tretes,dan air terjun lebaksari. Akhirnya mereka memutuskan
sebelum pulang ke semarang mampir dulu ke surabaya dan pulau madura.
Tiga hari yang lalu mereka merapat di kamal
pelabuhan penyeberangan feri dari surabaya ke madura. Setelah menyusuri
Bangkalan,Sapulu,dan Ketapang tadi malam mereka tiba di sumerep. Mereka berdua
menginap di toko kelontong milikmoom lien.
"Masih ada kapal layar lagi yang akan
merapat,"teriak hade sambil mengintip lewat teropong ke arah laut.
"Gantian....ah," seru poltak dan
acong yang ada di kanan kirinya. Sementara simson, yacop, sukma, dn imam sedang
asyik memperdebatkan jenis ikan yang di gelar di tempat pelelangan. Yoko dan
Rizal berlari kecil di atas lintasan yang terbuat dari paving block. Agu, made
dan april mencari kulit lokan di pantai.
Pukul 05.45 ada empat kapal motor berukuran
besar merapat berurutan. Kapal tersebut segera menarik perhatian made dan kawan
kawannya. merka berkerumun di sekitar pagar pengaman dermaga.
"Waah...muatannya sapi semua.."
"Kok sapinya pakai seragam merah
semua" celetuk sukma keheranan.
"Darimana asalsapi sebanyak itu,"
gumam acong.
"Ada yang berasal dari p.kambing , p.
sapudi, p, raas, ada juga yang berasal dari p. bawean." Tiba tiba ada
suara berat menjawab pertanyaan acong dari arah belakang mereka.
Ketika mereka menengok, terlihat sosok tubuh
seorang kakek yang rambutnyatelah putih merata tapi badannya masih nampak kekar
dan tegap.
"Namaku ali imron dari kalianget sini,
pemilik sapi sapi tersebut," kata orang tua tersebut sambil menjulukan
tangannya.
"Saya hade rozak,asli semarang,"
ujar hade sambil menyalami pak imron.
Kemudian secara berurutan teman temannya
memperkenalkan diri.
Pada pukul 10.00 anak anak sudah siap dengan
bawaanya mereka di tugaskan pak ali imron masing masing mengawal satu truk.
setelah semua beres dengan berkonvoi 40 truk mereka bergerak menuju ke kamal.
Pak ali imron bersama juru masak ada di mobil jeep hardtop terdepan. Mobil
tersebut juga di penuhi alat dan bahan untuk memasak.
Sepanjang jalan mereka menikmati angin laut
dan sengatan matahari. Khas daratan rendah madura. Ladang ladang garan yang
sangat terkenal dapat mereka saksikan sepanjang jalan.
Makan siang dan salat duhur dilaksanakan di
sebuah desa kecil yang terletak pada perbatasan pamekasan dan sumerep.
karena kemacetan lalu lintas sudah pukul
16.30 mereka masuk sampang. Setelah membersihkan badan dan salat ashar mereka
melanjutkan prjalan ke kamal.
pada pukul 18.00 mereka tiba di kamal.
ANtrian panjang telah menunggu mereka. Pada hari itu mereka tidak mungkin
menyeberang secara bersamaan sehingga pak ali memutuskan untuk menginap di
kamal agar mereka dapat menyeberang dengan empat kapal feri yang pertama.
dalam feri truk truk tersebut di masukkan ke
dalam palkai khusus untuk kendaraan. Palka adalah bagian tubuh kapal yang
berfungsi untuk menyimpan barang. Palka kendaraan terletak di lantai dasar
kapal. Para penumpang duduk dalam ruangan yang di bangun di atas geladak.
Ruangan tersebut dilengkapi dengan kursi penumpang, televisi, cafetaria, kamar
kecil dan sebagainya. Penumpang yang ingin menikmati udara bebas dapat naik ke
atap ruangan ini yang juga di lengkapi dengan kursi.
Setelah seharian diguyur hujn lebat dan di
hadang banjir di beberapa tenpat mereka
tiba di stasiun breber. sebuah kota kecil yang terkenal dengan telur asin dan
bawang merahnya. Hujan yang merinai menyambut kedatangan mereka. Rangkaian
kereta api tersebut memasuki jalur jalur 3 yang berertikereta akan berhenti
dalam waktu yang cukup lama. Seolah tidak memperdulikan butiran air hujan yang
berjatuhan para pengawal sapi turun dari kontainer masing masing. Sebagian
besar memeriksa konbisi sapa sapi yang merupakan tanggung jawabnya, tetapi ada
pula yang berlari ke kamar kecil stasiun. Sebab sejak dari semarang mereka
tidak berhenti mengejar waktu yang terbuang dari surabaya ke semerang. Banjir
dan kerusakan rel di beberapa tempat membuat mereka tidak berhenti di stsiun
babar dan gambrengan sehingga perjalanan
ke semarang di tenpuh lebih dari 12 jam.
Tak terganggu oleh kesibukan temannya
yacobus tertidur nyenyak di balai balai kayu besar di pojok pendapa rumahmbah
kardus. Irama mendengkurnya yang tenang dan halus seolah olah menjadi tanda
bahwa mereka akan menikmati hari hari sisa liburan dengan teneng tanpa
petualangan lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar